Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu…
Bismillaahirrohmaanirrohiim ….
بسم الله الرحمن الرحيم
BEKAL PENUNTUT ILMU
Asy-Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid
Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata, shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada makhluk-Nya yang terbaik, nabi kitab Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallama, keluarga dan para sahabatnya. Amma ba’du:
Tidak disangsikan lagi bahwa menuntut ilmu memiliki adab-adab yang sangat banyak, dan konsekuwensi penuntut ilmu dengan meluruskan langkahnya, sama saja bersama gurunya atau teman-temannya, meringkaskan jalan baginya, membimbingnya menuju keberhasilan dan kesuksesan.
Kebutuhan penuntut ilmu terhadap adab sama seperti kebutuhan jiwa terhadap udara. Dan dengan adab ia bisa memahami ilmu dan sekadar penghormatan murid terhadap gurunya, ia mengambil manfaat dari ilmunya.
Syari’at yang suci sungguh mendorong untuk berhias diri dengan akhlak dan adab yang indah, dan menjelaskan bahwa ia adalah tanda ahli islam, dan sesungguhnya tidak bisa mencapai ilmu kecuali orang yang berhias dengan adabnya, menjauhi sifat keburuk nya.
Karena hal inilah para ulama memberikan perhatian khusus terhadapnya dengan mengarang dan menyusun. Mereka menyampaikan (mentalqin) adab-adab tersebut kepada para muridnya di majelis ilmu. Maka bersambunglah kesungguhan mereka dari generasi ke generasi, dalam mewariskan ilmu, maka mereka mendapatkan berkahnya dengan duduk bersama ahlinya dan berhias diri dengan adabnya.
Dan tatkala saya duduk bersama saudara saya Syaikh DR. Ibrahim bin Fahd al-Wad’an waffaqahullah, ia sedang mendengarkan kaset rekaman Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah yang mensyarahkan kitab ‘Hilyatu Thalibi Ilm’ karya Syaikh Bakar bin Abdullah Abu Zaid, tiba-tiba ia berkata: sesungguhnya syarah (penjelasan) kitab ini cukup panjang dan hal itu tidak lain kecuali disebabkan besarnya kitab yang ia baca dan ia berharap agar diringkas supaya lebih mudah dipahami, agar pemula bisa mengambil faedah dan seorang alim pun tetap membutuhkannya.
Maka pemikiran itu terus beredar dalam benakku untuk meringkas kitab ini agar mudah memahaminya dan santri (penuntut ilmu) bisa mengingat judul-judul utamanya hingga melekat dalam ingatannya, memahaminya sejak pertama mempelajarinya sehingga makin luas pemahamannya, berkembang kemampuannya dalam memahami terhadap kitab tersebut.
Hal itu mendorong saya menulis ringkasan ini, sekadar mengingat yang alim terhadap apa yang telah dia capai dan memperingatkan para santri (penuntut ilmu) tentang sesuatu yang harus dia ketahui. Semoga Allah SSubhanahu Wa Ta’ala memberi taufik kepada kita untuk memperoleh ilmu dan mengamalkannya serta menyampaikan agar kita mendapatkan ridha-Nya sebagai harapan terakhir.
Muhammad bin Fahd al-Wad’an
Riyadh, 10/05/1428 H.