Waktu, Nikmat Yang Terlalaikan


Oleh Abu ‘Abdirrahman

Detik demi detik waktu terus berlalu, tidak terasa umur kita sudah 10 tahun, kemudian 20 tahun, kemudian 50 tahun, dan seterusnya. Hari berganti hari, tanpa mampu kita mencegahnya. Sebagai insan yang beriman dan berakal, selayaknyalah kita mengevaluasi dan mengintrospeksi diri apakah waktu yang telah kita lalui, kita grnakan untuk hal-hal yang bermanfaat di dunia dan di akhirat, berlalu bak angin yang berhembus dan awan yang melintas.Allah subhanahu wata’ala menyebutkan dalam ayat-Nya yang mulia :

“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur”. (Al-Furqan: 62)
Dari ayat ini, kita mendapatkan pelajaran bahwa Allah subhanahu wata’ala telah menjadikan malam dan siang agar kita dapat mengisi waktu dan kesempatan yang kita miliki dengan sesuatu yang bermanfaat. Waktu, betapa penting dan agungnya perkara yang satu ini sampai-sampai Allah subhanahu wata’ala bersumpah dengannya sebagai termaktub dalam surat Al-‘Ashr:
“Dan masa (waktu), sesungguhnya manusia benar-benar dalam berada dalam kerugian.” (Al-‘Ashr:1-2)
Dan dalam surat Al-Fajr:
“Demi (waktu) fajar dan (demi) malam yang sepuluh.” (Al-fajr: 1-2)
Dan juga surat Adh-Dhuha: 
“Demi waktu dhuha dan (demi) malam apabila sunyi.” (Adh-Dhuha: 1-2)
Dan ayat-ayat yang lain yang semakna dengan itu. Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di rahimahullah, seorang ulama ahli tafsir menjelaskan bahwa bilamana Allah subhanallahu wata’ala bersumpah dengan mahkluk-Nya, maka ini menandakan mulia dan agungnya mahkluk tersebut. Ddan Allah subhanallahu wata’ala bersumpah dengan waktu, yang berarti waktu iyu adalah sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan kita. Lebih jelasnya, waktu adalah sebuah kenikmatan yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala kepaada manusia agar digunakan semaksimal mungkin untuk beribadah kepada-Nya.
Bila sebuah kenikmatan yang ada pada seorang hamba tidak digunakan untuk bertaqrrub kepada Allah subhanahu wata’ala, maka ini akan mendatangkan musibah, sebagaimana perkataan seorang alim rabbani Abu Salamah bin Dinar rahimahullah: “Segala kenikmatan yang telah diberikan Allah kepada kita tapi justru tidak membuat kita lebih dekat dengan Allah maka kenikmatan tersebut akan mendatangkan musibah.” (dikeluarkan oleh Ibnu Abid Dunya di dalam “asy-Syur’, Abu Nu’aim di dalam “Hilyatul Auliya dan Al-Baihaqi di dalam ‘Syuk ‘abdul Iman’)
Raasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah memperingatkan bahwa dua kenikmatan yang banyak dilakukan manusia adalah nikmat kesehatan dan waktu luang sebagaimana dalam sabdanya:
“Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia melalaikannay, yaiti kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘’anhuma).
Dalam dabdanya yang lain beliau bersabda:
“Lakukanlah lima perkara sebelumdatang lima penghalang.”
Dan salah satunya adalah kata beliau:
“Waktu luangmu sebelum datang waktu sibukmu.” (HR. Al-hakim, Al-Baihaqi, dan yang lainnya dri shahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma)
Dan merupakan karatetistik waktu adalah dia tidak bias kembali walau sedetik pun dan tidak pula diputar balik lagi. Rela atau tidaknya kita, bukan menjadi penghalang akan terus berjalannay waktu sesuai dengan apa yang ditaqdirkan oleh Allah subhanahu wata’ala. Seorang ulama besar yang bernama Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah pernah berkata:
“Wahai anak Adam sesungguhnya diramu adalah hari-harimu. Jika satu hari telah berlalu, maka sebagain darimu telah lenyap”. (Kitaab Az-Zuhud Al-Amam Ahmad, hal.339)
Dan janganlah kita temasuk orang yang disebutkan dalam sebuah sya’ir Arab:
“Duhai kiranya masa muda bisa kembali walau sehari maka akan kukisahkan penyesalan orang-orangtua?”
Alhamdulillah, Allah “azza wajalla masih memberikan kesempatan kepada kita untuk beribadah dan baremal shahih di dunia ini. Oleh karena itu, hendaknya kita tanamkan tekad yang kuat dan niat yang ikhlas untuk memanfaatkan waktu ini sebaik-baiknya dan tidak menggunakannyauntuk hal-hal yang sia-sia. Karena bila kita gunakan untuk hal yang sia-sia, maka akan datang penysalan. Dan penyesalan itu tiadalah berarti. Air mata tangisan tidaklah bisa untuk mengembalikan waktu yang telah berlalu. Bila kita tidak memanfaatkan waktu yang baik, sama halnya kita telah menghancurkan diri sendiri. Amalan yang bisa kita lakukan,agar waktu lampau yang telah terlewatkan dengan sia-sia tidak menjadi boomerang kelak, adalah dengan bertaubat dan memperbanyak istigfar.
Waktu erat kaitannay dengan usia, yang ia merupakan pinjaman dari Allah subhanahu wata’ala dan dia pula yang akan mengambilnya. Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
“Wahai seseorang pada hakikatnya adalah umur. Ia adalah unsur terpenting untuk mengantarkan dia kepada kehidupan abadi di al-jannah, atau (bahkan sebaliknya) menjadi unsur terpenting yang mengantarkan ia kehidupan di an-nar yang pedih. Waktu berlalu laksana awan. Waktu yang digunakan untuk Allah “Azza wajalla itulah kehidupan dan umurnya yang hakiki, dan selain itu (selain untuk Allah), maka tidak termasuk waktu hidupnya. Meski dia hidup, layaknya seperti kehidupan binatang. Apabila dia menghabiskan waktunya dalam kelalaian dan kealpaan serta keinginan-keinginan yang batil, dan dia merasa sebaik-baik pengisi waktu baginya adalah tidur atau menganggur, maka kematian orang seperti ini lebih baik dari hidupnya.” (Al-Jawabul Kafi)
Dari perkataan Al-Imam Ibnu Qayyim tersebut, kita bisa mengambil faidah bahwa hidup kita yang hakiki adalah hidup yang kita gunakan untuk beribadah dan beramal shahih. Hal sebagaimana yang telah Allah suhanahu wata’ala siratkan di dalam ayat-Nya yang mulia dalam surat Adz-dzariyat ayat 56;
“dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (Adz-Dzariyat: 65)
Setelah kita menyadari betapa berharganya waktu dan bahkan lebih berharga dari harta benda yang kita miliki, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan.
Pertama, jangan sampai kita lalai dalam setiap nafas yang kita hembuskan untuk beribadah kepada Allah subhanahu wata”ala.
Kedua, mengatur waktu, jangan sampai agenda ibadah yang kita rencanakan saling bertumpah tindih sehingga akan menimbulkan kejenuhan dan kemalasan.
Ketiga, jangan menunda-nunda pekerjaan atau amalan yang akan kita lakukan selama kita mampu melakukan saat itu juga. “nanti….. nanti….” Adalah kata yang harus dihindari, “sekarang” adalah kata yang harus terpatri.
Keempat, prioritaskan hal yang lebih penting telebih dahul, jangan tergoda dengan hal-hal yang sifatnya sekunder.

Sebagia musahabah (koreksi diri) dan intropeksi, kita tanyakan pada hati kita
# Sudahkah kita membaca Al-Qur’an hari ini?
Padahal Rasuluulah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Bacalah Al-Qur’an karena sesungguhnya dia (Al-Qur’an) akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat kepada yang membacanya? (HR. Muslim, dari shahabat Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu)
# Sudahkah kita shalat malam?
Padahal kita telah mengetahui sebuah hadits:
Dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiyallau ‘anhu bahwa beliau berkata: Disebutkan disisi Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam seorang laki-laki yang dia tidur semalaman hingga waktu pagi, maka beliau bersabda: “Laki-laki itu telah dikencingi setan di kedua telinganya atau salah satu telinganya.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
# Sudahkah kita shalat dhuha hari ini?
Padahal Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Pada setiap pagi, masing-masing anggata badan kalian hendaknya mengeluarkan sedekahnya. Dan setiap tasbih adalah sedekah, dan memerintahkan yang baik dan mencegah yang mungkar adalah sedekah dan kesemuanya itu dapat diganti dengan dua rakaat shalat dhuha.” (HR. Muslim, dari shahabat Abu Dzarr radhiyallahu ‘anhu)
# Sudahkah kita bersedekah untuk orang-orang yang kelaparan?
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Jenguklah orang-orang yang sakit , berilah makan orang-orang yang kelaparan, dan bebaskanlah tawanan.” (HR. Al-Bukhari, dari shahabat Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu)
# Sudahkah kita membantu saudara kita yang sedang kesulitan?
Padahal Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“tolong menolonglah kalian dalam perkara kebaikan dan ketakwaan.” (al-ma’idah:2)
# Sudahkah kita menunaikan hak keluarga kita yang belum tertunaikan?
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sebaik-baik dinar yang dinafkankah seorang laki-laki adalah dinar yang dia infakkan kepada keluarganya dan dinar yang diinfakkan untuk tanggungan berperang di jalan Allah dan dinar yang diinfakkan untuk kawannya untuk berperang di jalan Allah,” (HR. Muslim, dari shahabat Abu Abdirrahman Tsauban maula Rasulullahu ‘alaihi wa sallam)
# Sudahkah kita berbakti kepada orang tua kita?
Padahal Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Beribadahlah kalian kepada Allah dan jangan sekali-kali kalian menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan berbaktilah kalian kepada kedua orang tua kalian.” (An_nisa’:36)
# Sudahkah kita meminta maaf kepada saudara atau tetangga yang telah kita sakiti?
Padahal Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“dan orang-orang yang zhalim tidak mempunyai teman setia seorang pun dan tidak pula mempunyai seorang pemberi syafaat yang diterima syafaatnya.” (ghafir:18)
# Sudahkah kita membaca buku-buku para ulama sebagi media untuk menambah ilmu agama kita?
Padahal Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Dan Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman diantara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadillah:11)
# Sudahkah kita menjenguk saudara kita yang sakit?
Padahal rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Hak muslim atas muslim lainnya ada lima, yaitu menjawab salamnya, menjenguk manusia sakit, mengantarkan jenazahnya, memenuhi undangannya dan mendo’akan ketika dia bersin.” (Muttafaqun ‘Alaihi, dari shahabat Abu Hurairah rdhiyallahu ‘anhu)
Dari amalan yang telah disebutkan da atas, secara jujur mungkin belum kita lakukan. Pada hakikatnya amalan shahih dalam agama Islam ini tidak terbatas hanya yang disebutkan di atas, akan tetapi masih banyak sekali yang belum di sebutkan. Sehingga kalau kita sungguh-sungguh beramal shahih sesuai dengan syari’at Islam, maka tidak ada waktu luang bagi kita untuk berbuat kemaksiatan.
Sumber :
www.assalafy.org/mahad/?p=449#more-449
SELAMAT DATANG, SEMOGA BERMANFAAT UNTUK ANDA DAN KAUM MUSLIMIN YANG LAINNYA, TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA